Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan bahwa industri MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) menjadi salah satu industri andalan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam tiga tahun berturut-turut.
Menparekraf Sandiaga dalam MICE to Meet You yang berlangsung di Black Stone Yacht Beach Club Marina Benoa, Bali, Senin (2/9/2024) mengungkapkan hal ini tidak lepas dari peran Indonesia saat menjadi tuan rumah dari sederet event bergengsi dunia. Indonesia di antaranya menjadi tuan rumah mulai dari KTT G20, Keketuaan ASEAN, World Water Forum 2024, World Conference on Creative Economy (WCCE) hingga High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2 tahun 2024.
“Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjuang sehingga kita ada di titik ini. Bersyukur bahwa Bali melalui kepulihan yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya tahun 2025. Tapi sekarang dari angka dan kualitas ternyata Bali sudah mencapai titik di atas angka sebelum pandemi. Dan MICE ini menjadi andalan dalam tiga tahun berturut-turut,” ujar Sandiaga.
Sandiaga mengungkapkan kedatangan di pintu internasional sendiri menunjukkan angka positif, yang terus meningkat antara 15 sampai 20 persen. Data BPS menunjukkan wisatawan mancanegara sudah mencapai 7,7 juta dan 45 persen di antaranya masuk ke Bali.
“Ini menunjukkan pariwisata Indonesia stabil, jauh dari angka sebelum pandemi,” kata Sandiaga.
MICE Indonesia berada di posisi ke-4 di kawasan Asia Tenggara, dan Bali masih menjadi salah satu destinasi MICE pilihan untuk berbagai penyelenggaraan event international, bahkan masuk ke dalam top 3 negara tujuan perjalanan insentif se-Asia Pasifik.
Kendati demikian, pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah Bali serta pihak terkait lainnya, terus berupaya memetakan persoalan yang terjadi di Bali. Salah satunya berkaitan dengan penyebaran wisatawan ke Bali Utara, Bali Timur, dan Bali Barat.
Hal tersebut dilakukan guna mengupayakan kesejahteraan yang lebih merata di seluruh wilayah Bali, juga menghindari terjadinya overtourism di wilayah Bali Selatan.
Salah satu yang menjadi hambatan adalah aksesibilitas terutama infrastruktur jalan yang belum mendukung mobilisasi pengunjung dari Bali Selatan ke bagian Bali lainnya. Karena itu, Menparekraf Sandiaga berupaya melakukan tiga pendekatan dari mulai short term yang menekankan pada penggunaan fast boat untuk menjangkau Bali Utara, Timur, dan Barat dari Banyuwangi.
“Kemudian medium term berupa pembangunan jalan tol agar bisa mengkoneksikan Bali Selatan ke Bali Utara. Dan untuk jangka panjang saya pikir ini waktunya memikirkan tentang bandara baru untuk mengatasi beberapa persoalan,” ujar Sandiaga.
“Tentunya pariwisata di Bali tetap akan berbasis pada pariwisata budaya, berkearifan adat dan istiadat, berbasis komunitas, tapi kita juga perlu memeratakan penyebaran pengunjung ke seluruh Pulau Bali,” kata Sandiaga.